Sejarah
Aliran Rasionalisme
Aliran
yang sangat berkenaan dalam hal perkembangan manusia pada abad peradabannya
yaitu aliran rasionalisme. Aliran ini membawa pengaruh besar terhadap masalah
perkembangan manusia dari dulu sampai sekarang, meskipun bertentangan dengan
aliran lain yaitu aliran empirisme.
Dapat
dijelaskan bahwa dalam aliran rasionalisme perkembangan manusia itu diperoleh
dari akal manusia itu sendiri sebagai dasar kepastian pengetahuan. Alat indera
yang dipergunakan manusia akan merangsang dan menangkap suatu pengetahuan yang
dimilikinya sehingga dapat direspon oleh akal mereka yang akan menghasilkan
suatu perkembangan yang baik terhadap perkembangan mereka sendiri. Jadi dengan
akal yang dibantu oleh panca indera, manusia dapat menghasilkan suatu pengetahuan
dengan benar.
Rasionalisme
merupakan tesa dari abad sebelumnya (abad
teologis , ke-XVII), kemudian antitesa
dari abad pertengahan; dan sekaligus lahirnya humanisme karena timbul kekurang
puasan terhadap paham gereja. Rasionalisme merupakan aliran kedua dalam alam
pikiran “modern” yang paling menonjol setelah empirisme.[1]
Rasionalisme
dapat dikatakan suatu dasar kebenaran karena rasionalisme diambil dari kata rasio yang berarti benar. Kebenaran ini menekankan pada akal budi atau rasio. Manusia
menggunakan akalnya untuk berfikir dan menangkap suatu pengetahuan yang ada.
Aliran ini meyakini akan adanya kebenaran dari akal manusia dan tak mungkin
kebenaran itu didasarkan pada suatu kebohongan, karena yang menjalankan adalah
akal dan akal merupakan suatu ciptaan Allah yang diberikan kepada manusia dan
tak mungkin adanya suatu kebohongan.
Aliran
rasionalisme ada dua macam, yaitu :
·
Dalam
bidang agama
Dalam
bidang agama, aliran rasionalisme adalah lawan dari otoritas dan biasanya
digunakan untuk mengkritik ajaran agama.
·
Dalam
bidang filsafat
Dalam bidang
filsafat, rasionalisme adalah lawan dari empirisme dan sering digunakan dalam
menyusun teori pengetahuan. Hanya saja, empirisme mengatakan bahwa pengetahuan
diperoleh dengan jalan mengetahui objek empirisme, sedangkan rasionalisme
mengajarkan bahwa pengetahuan diperoleh dengan cara berfikir, pengetahuan dari
empirisme dianggap sering menyesatkan. Adapun alat berfikir adalah kaidah-kidah
yang logis.[2]
Rasionalisme dalam
bidang filsafat ini memang sangat bertentangan dengan aliran empirisme mengenai
perkembangan manusia itu sendiri. Sehingga kedua aliran itu memegang teguh
berdasarkan apa yang mereka yakinkan.
[1] M. Solihin, Perkembangan Pemikiran Filsafat Dari Klasik Hingga Modern,
Pustaka Setia; Bandung, 328, hlm. 142
[2] M. Solihin, Perkembangan Pemikiran Filsafat dari Klasik Hingga Modern,
Pustaka Setia; Bandung, 328, hlm. 247-248
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Menerima Kritik Dan Saran