Hadits Iman Dan Ibadah
1.
اَلْاِيْمَانُ مَعْرِفَةٌ بِالْقَلْبِ
وَقَوْلٌ بِاللِّسَانِ وَعَمَلٌ بِاْلاَرْكَانِ. (رواه ابن ماجه
عن علي بن ابى طالب)
Iman itu ialah dipercaya dalam hati,
diucapkan dengan lisan, dan diamalkan dengan perbuatan. (H.R. Ibnu Majah dari
Ali bin abi Thalib No. 64)
2.
قَالَ فَاَخْبِرْنِيْ عَنِ اْلاِيْمَانِ
قَالَ اَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَاْليَوْمِ
اْلاَخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ (رواه مسلم عن عمر بن
الخطاب)
Jibril berkata: “Kabarkanlah kepadaku tentang iman?” Rasulullah Saw
bersabda, “Iman itu ialah kamu percaya kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya,
kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, dan kamu percaya pada takdir yang
baik dan yang buruk. (H.R. Muslim dari Umar bin Khattab No. 9).
Catatan: Qadar adalah ketetapan
Allah untuk makhluk-Nya. Tindakan Allah membuat ketetapan disebut takdir (taqdi>r –bentuk masdari dari
qaddara -yuqaddiru). Ketatapan Allah
adalah produknya, yakni undang-undang-Nya atau sunatullah. Qadar Allah ada dua,
qadar
takwi>ni> (penciptaan) dan qadar tasyri>’i >(tuntutan).
Qadar takwini adalah ketetapan Allah yang berbunyi bahwa sesuatu menjadi ada
atau berubah karena ada sebab (hukum kausalitas) sedangkan qadar tasyri’i adalah ketatapan
Allahyang berupa perintah dan larangan kepada mukalaf, yakni perintah melakukan
kebaikan dan larangan melakukan kajahatan. Allah menetapkan qadar takwini dan
tasyari’i dan diberitahukan kepada mukalaf dan kemudian manusia diberi
kemampuan dan kesempatan untuk memilih antara qadar takwini yang baik dan qadar
wakwini yang buruk di satu sisi dan di sisi lain mukalaf diperintah untuk
berbuat baik sebagai cara untuk memperoleh akibat yang baik dan dilarang
melakukan kejahatan untuk menghindari akibat buru. Allah tidak memaksakan
qadar-Nya yang baik ataupun yang buruk kepada manusia tetapi mukalaf tidak
dapat lepas dari salah satu dari keduanya bergantung pada pilihan mukalaf
sendiri. Itulah keadilan Allah terhadap pada mukalaf di satu sisi. Di sisi
lain, Allah,sebagai Tuhan yang Maha Kasih Sayang, memerintah mukalaf supaya
bahagia dan melarangnya supaya terhindar dari bahaya. Terkait dengan perintah
dan larangan-Nya, Dia juga tidak memaksa mukalaf melakukan perintah-Nya dan/
atau menghindari larangan-Nya,melainkan memberi kemampuan dan kesempatan untuk
memilih antara menaati perintah-Nya atau melanggar larangan-Nya. Ketaatan
menjalankan perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya adalah keputusan hati
nurani mukalaf dan sebagai akibat yang tak terelakkan adalah bahwa si
mukalaf bertanggungjawab atas akibat
perbuatanya.
Contoh qadar takwini adalah
adanya makhluk (dari tiada menjadi ada) atau perubahan makhluk dari situasi
tertentu menjadi situasi yang lain baik yang dikehendaki ataupun tidak disukai
adalah karena sebab-sebab.
Tak ada makhluk yang steril
dari pengaruh makhluk lain. Setiap makhluk tidak dapat lepas dari salah satu
dari dua qadar-qadar baik atau qadar buruk. Sebabnya ada dua,yaitu posisi
makhluk sebagai akibat dan pisisin makhluk yang selalu berdampingan dengan
makhluk lain. Tak ada makhluk yang tidak diciptakan, atau tidak ada makhluk
yang ada dengan sendirinya karena sesuatu yang ada dengan sendirinya pastilah
adanya paling awal dan tak berpeemulaan. Yang ada dengan sendirinya dan yang
eksistensinya paling dahulu dan tak berawal adalah Khalik.Jadi yang ada hanya
dua,yaitu Khalik dan makhluk. Segala sesuatu selain Khalik adalah makhluk.
Khaliklah yang sempurna sedangkan makhluk pasti dan selalu untuk selamanya
memiliki kekurangan sebagai ciri khas yang melekat secara abadi pada makhluk.
Konsekuensinya, setiap makhluk –apapun atau siapapun dia –pasti memiliki
kelebihan sebagai ciri khas pertama (karena Allah tidak menciptakannya dengan
sia-sia sehingga dia berhak atau pantas untuk dicintau) dan kekurangan sebagai
ciri khas kedua sehingga dia harus tawadu dan tidak perlu sombong kepada
makhluk lain karena setiap makhluk pasti dapat dijadikan pengingat adanya
Khalik. (Anjuran: Baca buku: HAMKA, Said Jamaluddin Al-Afghani;
Nurkholish Madjid, Khazanah Inteletual Islam; Maulana Muhammad Ali, Islamologi
)
3.
اَلْاِيْمَانُ بِضْعٌ وَسَبِعُوْنَ
شُعْبَةً فَاَفْضَلُهَا قَوْلُ لاَاِلَهَ اِلاَّ الله ُوَاَدْنَاهَا اِمَاطَةُ
اْلاَذَى عَنِ الطَّرِيْقِ وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ اْلاِيْمَانِ (رواه مسلم عن
ابى هريرة)
Iman itu ada tujuh puluh satu cabang.
Yang paling utama ialah ucapan laa ilaaha illallaah, sedangkan yang
paling rendah ialah menyingkirkan gangguan dari tengah jalan. Adapun malu juga
sebagian dari iman. (H.R. Muslim dari Abu Hurairah No.51)
4.
قَالَ الله ُتَعَالىَ اَنَا خَيْرُ
شَرِيْكٍ فَمَنْ اَشْرَكَ مَعِيْ شَرِيْكًا فَهُوَ لِلشَّرِيْكِ
يَااَيُّهَاالنَّاسُ اَخْلِصُوْا اَعْمَالَكُمْ ِللهِ فَاِنَّ الله َلاَيَقْبَلُ
مِنَ اْلاَعْمَالِ اِلاَّ مَا خَلَصَ لَهُ. وَلاَ تَقُوْلُوْا هَذَا ِلله
ِوَلِلرَّحْمِ فَاِنَّهَا لِرَحْمِهِ وَلَيْسَ ِلله ِمِنْهَا شَيْئٌ وَلاَ
تَقُوْلُوْا ِللهِ وَلِوُجُوْهِكُمْ فَاِنَّهَا لِوُجُوْهِكُمْ وَلَيْسَ ِلله
ِمِنْهَا شَيْئٌ (رواه البزرعن الضحاق)
Allah Swt berfirman, “Aku adalah
sebaik-baik sekutu. Barang siapa mempersekutukan aku dengan yang lain, berarti
ia telah diserahkan kepada sekutu itu. Wahai manusia! Beramallah kalian dengan
ikhlas karena Allah. Sesungguhnya Allah tidak menerima amal seseorang, kecuali
yang didasari keikhlasan kepada-Nya. Janganlah kalian mengucapkan, Ini demi
Allah dan ini demi kekeluargaan’. Perbuatan itu hanya karena kekeluargaan,
tidak sedikitpun karena Allah. Jangan pula kalian mengucapkan, ‘Ini demi Allah
dan ini demi pemimpin kalian’. Amalan seperti itu hanyalah untuk kehormatan
pemimpin kalian, tidak sedikitpun karena Allah.” (H.R. al-Bazzar dari Ad-Dahaq
dalam hadis muslim jilid 1 hal.29)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Menerima Kritik Dan Saran