I. PENDAHULUAN
Dalam pendidikan Islam, tujuan merupakan
sasaran ideal yang hendak dicapai. Engan demikian kurikulum telah di rancang,
di susun dan di proses dengan maksimal, hal ini pendidikan Islam mempunyai
tugas yang berat. Di antara tugas itu adalah mengembangkan potensi fitrah
manusia (anak).
Untuk mengetaui kapasitas, kwalitas, anak
didik perlu diadakan ealuasi. Dalam evaluasi perlu adanya teknik, dan sasaran
untuk menuju keberhasilan dalam proses belajar mengajar.
Evaluasi yang baik haruslah didasarkan atas
tujuan pengajaran yang ditetapkan oleh suro dan kemudian benar-benar diusahakan
oleh guru untuk siswa. Betapapun baiknya, evaluasi apabila tidak didasarkan
atas tujuan pengajaran yang diberikan, tidak akan tercapai sasarannya.
II. PEMBAHASAN
A. Pengertian Evaluasi
Menurut bahasa, kata evaluasi berasal dari
bahasa Inggris “evalution”, yang berarti penilaian atau penaksiran. (John M.
Echts dan Hasan Shadily, 1983 : 220). Sedangkan menurut pengertian istilah
evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan sesuatu
obyek dengan menggunakan intrument dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur
memperoleh kesimpulan.[1]
Ada beberapa pendapat lain definisi
mengenai evaluasi:
a. Bloom
Evaluasi yaitu: pengumpulan kegiatan secara
sistematis untuk menetapkan apakah dalam kegiatannya terjadi perubahan dalam
diri siswa menetapkan sejauh mana tingkat perubahan dalam diri pribadi siswa.
b. Stuffle Beam
Evaluasi adalah proses menggambarkan,
memperoleh, dan enyajikan informasi yang berguna untuk menilai alternatif
keputusan.
c. Cronbach
Didalam bukunya Designing Evalutor Of
Education and Social Program, telah memberikan uraian tentang
prinsip-prinsip dasar evaluasi antara lain :
1. Evaluasi program pendidikan merupakan
kegiatan yang dapat membantu pemerintah dalam mencapai tujuannya.
2. Evaluasi seyogyanya tidak memberikan
jawaban terhadap suatu pertanyaan khusus. Bukanlah tugas evalutor memberikan
rekomendasi tentang kemanfaatan suatu program dan dilanjutkan atau tidak.
Evalutor tidak dapat memberikan pertimbangan kepada pihak lain, seperti halnya
seorang p embimbing tidak dapat memilihkan karier seorang murid. Tugas evalutor
hanya memberikan alternatif.
3. Evaluasi merupakan suatu proses terus
menerus, sehingga didalam proses didalamnya memungkinkan untuk merevisi apabila
dirasakan ada suatu kesalahan-kesalahan.[2]
B. Tujuan dan Fungsi Evaluasi Pendidikan
Islam
Secara rasional filosofis, pendidikan Islam
bertugas untuk membentuk al-Insan al-Kamil atau manusia paripurna. Oleh karena
itu, hendaknya di arahkan pada dua dimensi, yaitu : dimensi dialektikal
horitontal, dan dimensi ketundukan vertikal.
Tujuan program evaluasi adalah mengetahui
kader pemahaman anak didik terhadap materi terhadap materi pelajaran, melatih
keberanian dan mengajak anak didik untuk mengingat kembali materi yang telah
diberikan. Selain itu, program evaluasi bertujuan mengetahui siapa diantara
anak didik yang cerdas dan yang lemah, sehingga naik tingkat, kelas maupun
tamat. Tujuan evaluasi bukan anak didik saja, tetapi bertujuan mengevaluasi
pendidik, yaitu sejauh mana pendidikan bersungguh-sungguh dalam menjalankan
tugasnya untuk mencapai tujuan pendidikan Islam.
Dalam pendidikan Islam, tujuan evaluasi lebih
ditekankan pada penguasaan sikap (afektif dan psikomotor) ketimbang asfek
kogritif. Penekanan ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan peserta didik yang
secara besarnya meliputi empat hal, yaitu :[3]
1. Sikap dan pengalaman terhadap hubungan
pribadinya dengan Tuhannya.
2. Sikap dan pengalaman terhadap arti
hubungan dirinya dengan masyarakat.
3. Sikap dan pengalaman terhadap arti
hubungan kehidupannya dengan alam sekitarnya.
4. Sikap dan pandangan terhadap diri sendiri
selaku hamba Allah, anggota masyarakat, serta khalifah Allah SWT.
Dari keempat dasar tersebut di atas, dapat
dijabarkan dalam beberapa klasifikasi kemampuan teknis, yaitu :
1. Sejauh mana loyalitas dan
pengabdiannya kepada Allah dengan indikasi-indikasi lahiriah berupa tingkah
laku yang mencerminkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT.
2. Sejauh mana peserta didik dapat
menerapkan nilai-nilai agamanya da kegiatan hidup bermasyarakt, seperti ahlak
yang mulia dan disiplin.
3. Bagaimana peserta didik berusaha
mengelola dan memelihara, serta menyesuaikan diri dengan alam sekitarnya,
apakah ia merusak ataukah memberi makna bagi kehidupannya dan masyarakat dimana
ia berada.
4. Bagaimana dan sejauh mana ia memandang
diri sendiri sebagai hamba Allah dalam menghadapi kenyataan masyarakat yang
beraneka ragam budaya, suku dan agama.
Sedangkan menurut Muchtar Buchari M. Eb,
mengemukakan, ada dua tujuan evaluasi :[4]
1. Untuk mengetahui kemajuan belajar
peserta didik setelah menyadari pendidikan selama jangka waktu tertentu.
2. Untuk mengetahui tingkah efisien
metode pendidikan yang dipergunakan dalam jangka waktu tertentu.
Fungsi evaluasi adalah membantu anak didik
agar ia dapat mengubah atau mengembangkan tingkah lakunya secara sadar, serta
memberi bantuan kepadanya cara meraih suatu kepuasan bila berbuat sebagaimana
mestinya. Di samping itu fungsi evaluasi juga dapat membantu seorang pendidik
dalam mempertimbangkan adeqvate (baik tidaknya) metode mengajar, serta membantu
mempertimbangkan administrasinya.
Menurut A. Tabrani Rusyan dan kawan-kawan,
mengatakan bahwa evaluasi mempunyai beberapa fungsi, yaitu :
1. Untuk mengetahui tercapainya tidaknya
tujuan instruksional secara komprehensif yang meliputi aspek pengetahuan, sikap
dan tingkah laku.
2. Sebagai umpan balik yang berguna bagi
tindakan berikutnya dimana segi-segi yang sudah dapat dicapai lebih
ditingkatkan lagi dan segi-segi yang dapat merugikan sebanyak mungkin
dihindari.
3. Bagi pendidik, evaluasi berguna untuk
mengatur keberhasilan proses belajar mengajar bagi peserta didik berguna untuk
mengetahui bahan pelajaran yang diberikan dan di kuasai, dan bagi masyarakat
untuk mengetahui berhasil atau tidaknya program-program yang dilaksanakan.
4. Untuk memberikan umpan balik kepada
guru sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan mengadakan
program remedial bagi murid.
5. Untuk menentukan angka kemajuan atau
hasil belajar.
6. Untuk menempatkan murid dalam situasi
belajar mengajar yang tepat.
7. Untuk mengenal latar belakang murid
yang mengalami kesulitan-kesulitan belajar.
C. Prinsip-prinsip Evaluasi Pendidikan
Islam
Evaluasi merupakan penilaian tentang suatu
aspek yang dihubungkan dengan situasi aspek lainnya, sehingga diperoleh
gambaran yang menyeluruh jika ditinjau dari beberapa segi. Oleh karena itu
dalam melaksanakan evaluasi harus memperhatikan berbagai prinsip antara lain :[5]
1. Prinsip Kesinambungan (kontinuitas)
Dalam ajaran Islam, sangat memperhatikan
prinsip kontinuitas, karena dengan berpegang pada prinsip ini, keputusan yang
diambil oleh seseorang menjadi valid dan stabil (Q.S. 46 : 13-14).
2. Prinsip Menyeluruh (komprehensif)
Prinsip yang melihat semua aspek, meliputi
kepribadian, ketajaman hafalan, pemahaman ketulusan, kerajinan, sikap
kerjasama, tanggung jawab (Q.S. 99 : 7-8).
3. Prinsip Objektivitas
Dalam mengevaluasi berdasarkan kenyataan yang
sebenarnya, tidak boleh dipengaharui oleh hal-hal yang bersifat emosional dan
irasional.[6]
Allah SWT memerintahkan agar seseorang berlaku
adil dalam mengevaluasi. Jangan karena kebencian menjadikan ketidak objektifan
evaluasi yang dilakukan (Q.S. : 8), Nabi SAW pernah bersabda : “Andai kata
Fatimah binti Muhammad itu mencuri, niscaya aku tidak segan-segan untuk memotong
kedua tangannya”.
Demikian pula halnya dengan Umar bin Khottob
yang mencambuk anaknya karena ia berbuat zina. Prinsip ini dapat ditetapkan
bila penyelenggarakan pendidikan mempunyai sifat sidiq, jujur, ikhlas, ta’awun,
ramah, dan lainnya.
D. Sistem Evaluasi Dalam Pendidikan Islam
Sistem evaluasi dalam pendidikan Islam mengaku
pada sistem evaluasi yang digariskan oelh Allah SWT, dalam al-Qur’an dan
di jabarkan dalam as-Sunnah, yang dilakukan Rasulullah dalam proses pembinaan
risalah Islamiyah.
Secara umum sistem evaluasi pendidikan sebagai
berikut :[7]
1. Untuk menguji daya kemampuan manusia
beriman terhadap berbagai macam problema kehidupan yang dihadapi (Q.S.
Al-Baqarah/ 2 : 155).
2. Untuk mengetahui sejauhmana atau
sampai dimana hasil pendidikan wahyu yang telah diaplikasikan Rasulullah saw
kepada umatnya (QS. An Naml/27:40).
3. Untuk menentukan klasifikasi atau
tingkat hidup keislaman atau keimanan seseorang, seperti pengevaluasian Allah
terhadap nabi Ibrahim yang menyembelih Ismail putra yang dicintainya (QS. Ash
Shaaffat/37:103-107).
4. Untuk mengukur daya kognisi, hafalan
manusia dan pelajaran yang telah diberikan kepadanya, seperti pengevaluasian
terhadap nabi Adam tentang asma-asma yang diajarkan Allah kepadanya dihadapan
para malaikat (QS. Al-Baqarah/2:31).
5. Memberikan semacam tabsyir (berita
gembira) bagi yang beraktifitas baik, dan memberikan semacam ‘iqab (siksa) bagi
mereka yang berakltifitas buruk (QS. Az Zalzalah/99:7-8).
6. Allah SWT dalam mengevaluasi
hamba-Nya, tanpa memandang formalitas (penampilan), tetapi memandang subtansi
dibalik tindakan hamba-hamba tersebut (QS. Al Hajj/22:37).
7. Allah SWT memerintahkan agar berlaku
adil dalam mengevaluasi sesuatu, jangan karena kebencian menjadikan ketidak
objektifan evaluasi yang dilakukan (QS. Al Maidah/5:8).
E. Sasaran Evaluasi
Langkah yang harus ditempuh seorang pendidik
dalam mengevaluasi adalah menetapkan apa yang menjadi sasaran evaluasi
tersebut. Sasaran evaluasi sangat penting untuk diketahui supaya memudahkan
pendidik dalam menyusun alat-alat evaluasinya.
Pada umumnya ada tiga sasaran pokok evaluasi[8],
yaitu:
1. Segi tingkah laku, artinya segi-segi
yang menyangkut sikap, minat, perhatian, keterampilan murid sebagai akibat dari
proses belajar mengajar.
2. Segi pendidikan, artinya penguasaan
pelajaran yang diberikan oleh guru dalam proses belajar mengajar.
3. Segi yang menyangkut proses belajar
mengajar yaitu bahwa proses belajar mengajar perlu diberi penilaian secara
obyektif dari guru. Sebab baik tidaknya proses belajar mengajar akan menentukan
baik tidaknya hasil belajar yang dicapai oleh murid.
Dengan menetapkan sasaran diatas, maka
pendidik lebih mudah mengetahui alat-alat evaluasi yang dipakai baik dengan tes
maupun non tes.
a. Kedudukan akademis setiap murid, baik
dibandingkan dengan teman-teman sekelasnya, sekolahnya, maupun dengan
sekolah-sekolah lain.
b. Kemajuan belajar dalam satu pelajaran
tertentu, misalnya tauhid, fiqih, tarikh dan lainnya.
c. Kelemahan dan kelebihan murid.
Dalam evaluasi pendidikan Islam ada empat
sasaran pokok yang menjadi target.[9]
- Sikap dan pengamalan terhadap arti
hubungan pribadi dengan Tuhannya.
- Sikap dan pengamalan terhadap arti
hubungannya dengan masyarakat.
- Sikap dan pengamalan terhadap arti
hubungan dengan kehidupan yang akan datang.
- Sikap dan pandangannya terhadap dirinya
sendiri selaku hamba Allah dan selaku anggota masyarakat serta selaku khalifah
Allah di bumi.
Dalam melaksanakan evaluasi pendidika Islam
ada 2 cara yang dapat ditempuh diantaranya:
a. Kuantitatif
Evaluasi kuantitatif adalah cara untuk
mengetahui sebuah hasil pendidikan dengen cara memberikan penilaian dalam
bentuk angka. (5, 7,90) dan lain-lain.
b. Kualitatif
Evaluasi kualitatif adalah suatu cara untuk
mengetahui hasil pendidikan yang diberikan dengan cara memberikan pernyataan
verbal dan sejenisnya (bagus, sangat bagus, cukup, baik, buruk) dan lain-lain.
III. KESIMPULAN
Dari pemaparan tersebut diatas dapat diambil
kesimpulan bahwasannya kata evaluasi berasal dari kata asing “evaluation” yang
berarti menilai (tetapi diadakan pengukuran terlebih dahulu).
Dari pendapat-pendapat para ahli yang
mendefinisikan tentang evaluasi. Pada hakekatnya dalam evaluasi pengajaran
memiliki tiga unsur yaitu, kegiatan evaluasi, informasi dan data yang berkaitan
dengan obyek yang dievaluasi.
Tujuan dan fungsi evaluasi tidak hanya
ditekankan pada aspek kognitif akan tetapi meliputi ketiga ranah tersebut
(kognitif, afektif dan psikomotorik). Yang mempunyai tiga prinsip yaitu prinsip
keseimbangan, menyeluruh dan obyektif. Dalam kegiatan evaluasi tersebut sistem
yang dipakai yaitu mengacu pada al-Qur’an yang penjabarannya dituangkan dalam
as-Sunnah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Menerima Kritik Dan Saran