MUNCULNYA ALIRAN ILMU JIWA
(PSIKOLOGI
AGAMA)
“Aku telah menemukan rahasia alam semesta dan bertemu dengan arwah
pendahulu ilmun sosial dan humaniora. Aku tuliskan diskusiku dengan mereka
menjadi kitab sebagai proyek membangun masyarakat baru. Namun tidak tiska ada
yang mengikuti jalanku. Aku menderita depereasi berat,sampai ada keinginan
untuk bunuh diri. Disaat aku tenggelam dalam perasaan bersalah, aku terkejut
mendengan suara ”jadilah pengobat”. Suara itu memberi panggilan hidup dan
bangkit sembuh. Aku menimba ilmu di Pascasarjana Jurusan Psikologi, aku belajar
pada Shaman dan Dukun India di Ojai.”
David Lukoff dianggap
sebagai ”One Of The Leader Of The New Spiritually Attuned Psikologi”. Dia dan
rekannya berusaha memahami jiwa dengan peengalaman spiritual. Tahun 60-an
psikosis dianggap perilaku mennyimppang, jiwa sama sekali tidak dibicarakan. Ada tanggapan yaitu “Pandangan Dunia” angkatan pertama
psikologi: behaviorisme. Sampai sekitar 1970-an pandangan baku dalam psikiatri
yang dianggap skizofrenia dan diakibatkan oleh pengalam masa kecil yang
traumatis.
Bersangkutan dengan motif tak sadar
dan terutama seks, inilah angkatan kedua psikologis: psikoanalisis. 20 tahun
berikutnya teori-teori psikoanalisis mulai ditinggalkan dan beralih ke neurokimiawi. Namun pasien meenjadi
teerabaikan dalam pengalaman spiritualnya. Sehingga kesembuhannya mengalami
hambatan besar.
Suara protes banyak muncul dari para psikiater. Kata Laing, psiosis
bukanlah ”breakdown/ kehancuran”, tetapi “breakthrough/ terobosan .” Laing adalah
tokoh ankatan ketiga: psikologis humanisti eksistensial, kemudian
bermetamorfosis melahirkan angkatan keempat: psikologi trangpersonal.
Perkembangan konsep spiritual dalam psikologis sebagai latar belakang
kemunculan konsep kecerdasan (SQ).
BEHAVIORISME
Inilah aliran ilmu jiwa yang tidak
yang tidak peduli pada jiwa dan dimulai dari Pavlov pada akhir abad ke-19. Psikologi
adalah sains dan sain hanya berhubungan dengan apa saja yang dapat diamati.
Psikologi bukan merupakan ganggua kejiwaan, melainkanperilaku yang menyimpang
(maladaptive beehavior) akibat pelaziman (conditioning) yang terus menerus.
Tahun 1914 seorang mahasiswa Pavlov
melaporkan kejadian yang aneh dan luar biasa. Dia telah melazimkan seekor
anjing untuk mampu membedakan lingkaran dari elips. Hasilnya ajing tidak dapat
membedakan keduanya. Perilaku anjing menjadi berubah menjadi pemberang dan
galak, anjing menderita ”neurosis eksperiental” Manusia akan menderita penyakit
yang sama bila dia berhadapan dengan situuasi sters yang tidak dapat diatasi.
Untuk mengobatinya lakukan saja pelaziman yang baru yaitu kontrapeelaziaman
”copunterconditional.”
Perilaku maladtif juga terjadi
karena pelaziman yang menimbulakan perasaan negatif, depresi, kecemasan, atau
penderitaan. Manusia tidak lagi dipandang sebagai makhluk pasif yang tunduk
pada lingkungan. Kini giliran behaviorisme dimodifikasi dalam bentuk psikologi
kognitif. Metfora manusia tidak lagi mesin, pengolah informasi dan pemecah
maslah namun memperhatikan, menafsirkan, mengolah dan menggunakan informasi.
Behaviorisme dikritik keras karena, pertama,
ia gagal memasukan data dari pengalaman subjektif idividu seperti kesadaran
diri yang sangat berarti baginya; kedua, ia gagal menjelaskan dimensi
perilaku manusia yang lebih kompleks, seperti cinta, keberanian, keimanan,
harapan, dan putus asa; ketiga, ia gagal secara keseluruhan, memahami
masalah nilai dan makna dalam eksistensi manusia. Keempat, ia gagal
mengatasi masalah pengarahan diri.
Psikoanalisis (Depth Psycology)
Ini mencari sebab-sebab perilaku
manusia pada dinamika jauh pada dirinya, pada alam tak-sadarnya. Sigmun Freud
adalah bapak mazab ini, seorang neorolog
yang hidup di Wina akhir abad ke-19. Freu menghipnotis pasiennya untuk
mengilangkan gejala-gejala histerisnya dan mengembalikan memori yang
terlupakan. Perilaku yang tampak atau tidak tampak disebabkan peristiwa mental
sebelunnya.
Pada masa kanak-kanak, kita
dikendalikan sepenuhnya oleh id. Tahap ini berlaku
proses berfikiryangdisebut Freud sebagai primary process. Anak tidak dapat membedakan antara yang real dan tidak
real serta tidak mampu menekan implus. Jika anak tidak memperoleh botol
susunya, dia akan menghisap ibu jarinya. Anak-anak yang lebih tua dan orang
dewasa, ego sudah berkembang. Mereka mengikuti berpikir proses
kedua, secondary process thinking. Walaupun tidak memenuhi kebutuhannya. Orang dewasa sesekali berpikir proses pertama, Jika pola
berpikir anak-anak ini menguasai orang dewasa terjadilah perilaku abnormal.
Kata Danah Zohar, lebih satu abad kemudian, proses pertama EQ, kedua, IQ
dan proses ketiga, SQ. SQ inilah yang menghubungkan rasio dan emosi, pikiran
dan tubuh. Super ego hanyalah menyerap nilai-nilai dari orang tua dan
masyarakat, sedangkan SQ secara kreatif menciptakan nilai-nilai baru.
Psikonoalisis klasik tampak sangat lemah, ia mampu menjelaskan penyakit psikis
akibat luka lama dari masa kecil, tetapi bisu ketika menderita karena
kekosongan eksistensial dan kebingungan memberikan makna. Menurut
freud, tujuan psikoanalisis adalah mengurangi derita neurotis menjadi
ketakbahagian yang biasa ”not a particularly inspiring or ennobling goal for
human existence” (Cortright, 1997).
Carl Gustav Jung kecewa dengan tujuan psikoanalisis dan
mengecam Freud karena penekanan yang berlebihan pada seksualitas. Psikologi harus
membantu manusia untuk menyambungkan dirinya dengan kedua alam tak sadar.Jung
menyebut individuation sebagai pengintegrasian the collective unconscious dalam
kesadaran individu. The collective unconscious dilanjutkan
melalui arketipe (archetypes),bentuk dan cinta universal yang terdapat pada
mitos dari berbagai kebudayaan. Sebagaimana
insting mengatur tindakan sadar secara teratur dan seragam, arketipe mengatur
anggapan sadar secara sistematis dan seragam.
”The colective
unconscious membentuk arketipe (bentuk universal), psyche dan mengorganisasikan
peengalaman psikologis. Kesehatan
psikologis yaitu kemampuan memasukan arketipe memasuki dan memberikan bentuk
pwngalaman psikologis dari pikiran, perasaan, dan tindakan kita. Derita dan
tekanan psikologis muncul karena hanya mampu menganilisis beberapa arketipe
hingga dapat membatasi jati diri dan perasaan. Kekayaan pengalaman dari
perasaan, kreatifitas, spontanitas kehidupan tidak dapat merasuk dalam dirinya.
Pusat arketipe psyche adalah the self (diri).
Jung percaya the self diketahui diketahui secara tidak langsung, dengan
pengarahan dan bimbingan melalui simbol mimpi dan citra. Ketika psyche
mengalami individuasi bergerak, citra mitos, dan simbolis yang baru muncul pada
ego. Reorganisasi terjadi pada ego sadar dan kedalaman artikepal.”
”Menuurut Jung, ego berkembang pada paro pertama dan mulai
merasaterasingkan pada usia 35-45 tahun. Separo kehidupan kedua perhatian
berpudat pada batin dan muncul hal baru pada paro kehidupan pertama. Akibat
tidak mau mendengar gerakan batiniah akan berdampak pada psikis, kekosongan dan
alienasi.” Pembagian kehidupan pada dua paro pagi dan petang. Tahap
pertama, pre egoic yaitu masa pra oedipus ketika ego dikuasai the
collective unconscious. Tahap kedua, pada pagi hari kehidupan, ego dewasa
melepas diri. Tahap ketiga, pada sore hari kehidupan, ego kuat kembali ke the
collective unconscious.
“Kehidupan spiritual itu kehidupan memilih jalan hidup yang melintasi konvensi-konvensi
sosial, moral, religius, politis dan filosofis. ’Anak-anak yang sejati’ Tuhan
adalah berani melanggar konvensi dan mengambil ’jalan curam dan sempit’ menuju
dunia yang tak diketahui. Menurut Jung ini disebut ’vactory’ berpisah dengan
kelompok dan mengorbankan siri untuk memenuhi ’panggilan’. Mentaati hukum dan
mendengar bisikan ruhnya yang terdalam his inner spirit (Fuller,1994, h.
104).” Dia akan mengalami neeurosis dan terlambat perkembangan kesadarannya
jika tidak mau mendengar suara batinnya.
Ferud menulis surat kepada Jung yang berkonsep sinkroniotisi, dengan menyatakan bahwa pengalaman spiritual
itu tidak penting. Jung malah menjadi populer dengan kehadiran psikolosi
transpersonal.
PSIKOLOGI HUMANISTIS
Ini muncul pada
peertengahan abad ke-20, sebagai reaksi terhadap behaviorisme dan psikonalisis.
Karena dianggap manusia sebagai mesin (mahluk yang rendah). Perintisnyya adalah
Abraham Maslow,”dengan sedikit menyederhanakan, kita dapat menyatakan bahwa
Freud seakan-akan memasok kita dengan separo psikologi yang sedikit, dan kita
sekarang harus mengisi dengan separo lainnya yang sehat” (Maslow 1968). Alih-alih
dia meeneliti manusia yang sakit agar tetap termotifasi di dalam kehidupan,
dalam situasi dan kondisi apapun. Pengalaman Viktor Frankl pada perang duni
ke-2 di dalam kamp konsentrasi Nasi banyak pengalaman dan mendengar keluhan
dari tahanan. ”Mengapa semua ini bisa terjadi padaku? Mengapa aku harus
menanggung derita ini?”
Ada pula yang berpikir, ”Apa yang harus ku lakukan dalam situasi mencekam
seperti ini?”. ini umumnya berakhir dengan kematian atau berhasil lolos dari
lubang jarum kematian. Hal yang membedakan keduanya adalah kebebasan memilih
makna. Frank menentang Freud ketiaka dia menganggap dimensi spiritual manusia
sebagai percampuran dari insting hewani. Dengan landasan fenomenologis, Frankl membantah
keduanya menjelaskan perilaku manusia akibat proses fisikis biasa dia
mengembangkan teknik fsikoterapi yang di sebut logoterapi (logos = makna).
Logoterapi memandang manusia sebagai keseluruhan dari tiga dimensi : fisik,
fsikologis, dan spiritual.
”Dimensi spiritual di sebut Frank sebagai NOOS, yang mengandung semua sifat manusia
seperti keinginan, imajinasi, keimanan dll. Di dalamnya terkandung kekuatan
untuk melangkah keluar dan memandang diri kita dan transendensi diri. Dalam
dunia spirit kita adalah pemandu, pengambil keputusan. Reserfoir kesehatan ada
pada setiap orang apapun agama dan keyakinannya. Ada beberapa teknik untuk
mengungkap makna, tetapi ada lima situasi ketika makna terbesit di luar dan
mengubah jalan hidup kitagar tersusun dengan baik lagi.
Pertama,
makna kita temukan ketika kita menemukan diri kita (self discovery). Kedua,
makna itu muncul ketika ketika kita menentukan pilihan. Ketiga, makna
ditemukan ketika kita merasa istimewa, unik, dan tak tergantikan, oleh orang
lain. Keempat, makna terbesit dalam tanggung jawab. Kelima, makna
muncul ketika situasi transendensi/ pengalaman spiritual ”pengalaman yang
membawa kita ke luar dunia fisik, kel luar pengalaman kita yang biasa keluar
suka dan duka kita, ke konteks yang lebig luas”, penggabungan dari yang keempat.
Dengan cepat melewati Maslow, yang menyebut pengalaman ini sebagai peak
experience atau plateau, kita meloncat pada angkatan keempat.
PSIKOLOGI
TRANSPERSONAL
Menurut Maslow,
pengalaman keagamaan adalah peak experience, plateau, dan farthest reaches of
human nature, sehingga psikologi dianggap belum sempurna.
Dia menulis, “I should
say also that consider Humanistic, Third Force Psycology, a transpersonal, dll.
Ini hanya melanjutkan pemikiran Jung dan Frankl, yang
berusha menggabungka tedisi psikologi dengan trasisi agama-agama besar di
dunia.. William James mempengaruhi pemikiran Jung. Psikologi ini
mengajarkanpraktik-praktik guna mengantarkan manusia pada kesadaran spiritual,
diatas id, ego, dan superego Freud.
Agama-agama membahas spiritual yang
luas, psikologi belum memadai sampai hal seperti itu. Cortright (1997, h. 9)
menulis, satu sisi atau sisitem keluarga, interaksi ibu-anak, dan pengalaman
masa kecil pada sisi yang lain tidak ada
penjelasan apapun, yang memperhitungkan hanya peenampakan luar dari masalah
nature (tabiat), dan nurture (lingkungan )dapat memberikan jawaban yang
memuaskan padamasalah fundamental kehidupan. Hanya memandang ke dimensi
spiritual, memasukan dan mentransendenkan warisan dan lingkungan, kita dapat
menemukan jawaban yang tepat untuk masalah eksistensi manusia.”
Psikologi mulai mengarah ke dimensi spiritul manusia ketika buku Journal of
T ranspersonal Pycology terbit 1969. Penelitian dilakukan untuk memahami
gejala-gejala ruhaniah, seperti peak experience, pengalaman mistis,
aktualaisasi transpersonal, pengalaman spiritual, seelanjutnya kecerdsan
spiritual. Zohar mendedinisikan kecerdasan spiritual ”kecerdasan yang
bertumpu pada bagian dalam diri kita yang berhubungan dengan kearifan di luar
ego atau jiwa sadar. Inilah kecerdasan spiritual yang kita gunakan bukan hanya
untuk mengetahui nilai-nilai yang ada, melainkan juga untuk secara kreatif
menemukan nilai-nilai baru.”
Menurut Sinetar, ”Kecerdan spiritualpikiran yang mendapat inspirasi,
dorongan efektifitas yang terinspirasi, the is-ness atau pengahayatan
ketuhanan yang di dalamnya kita semua menjadi bagian”. Sementara menurut Khalil
Khavari, ”ialah fakulatas dari dimensi nonmaterial kita (ruh manusia),
sementara itu kemampuan spiritul perlu ditingkan ataun diasah”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Menerima Kritik Dan Saran