Translate

Minggu, 27 Oktober 2013

PENDIDIKAN MENURUT MUHAMMAD IQBAL



PENDIDIKAN MENURUT MUHAMMAD IQBAL

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas
Mata kuliah: Filsafat Pndidikan Islam
Dosen pengampu: Prof. Dr. Sutrisno, M.Ag.


Disusun oleh :
Siti kholifah 07410327
Samingan 07410331
Kasyifatul hijabah 07410332
Nendi bahtiar 07410329
Ita lestari 07410340
Wahyuni 07410324
Nur ridwan 07410338
Widiyanto 07410311

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2009

BAB I
PENDAHULUAN

Muhammad Iqbal lahir di daerah Sialkot, Panjab pada 22 Februari pada tahun 1873 dari golongan menengah. Muhammad Iqbal pergi ke Lahore untuk meneruskan studinya sampai mendapatkn gelar kesarjanaan M.A. Muhammad Iqbal memperoleh gelar M.A di Universitas Murray College. Sewaktu Muhammad Iqbal masih belajr di Lahore dia beruntung sekali bertemu dengan ulama besar yang bernama MIR HASAN yang telah mendidiknya sejak Muhammad Iqbal masih muda terutamadalam bidang keagamaan. Sewaktu Muhammad Iqbal masih belajar, beliau sudah terlihat gemar sekali mengubah syair-syair ke dalam bahasa Urdu. Atas kegemarannya itu, pada tahun 1895 ia melanjutakn belajarnya ke Delhi dimana pada sa’at itu Delhi merupakan anak benua Indo-pakistan yang kaya akan intelektualitas.
Sewaktu Muhammad Iqbal di Delhi, bahasa Persia sedang terdesak oleh bahasa Urdu. Banyak dari orang–orang mendirikan perhimpunan sebagai dorongan untuk melegalkan bahasa Urdu. Pada saat itulah Muhammad Iqbal sudah mulai populer, akan tetapi ke populerannya masih terbatas di kalangan pelajar. Pada perhimpunan sastra yang anggotanya meliputi tokoh-tokoh terkenal dalam salah satu pertemuannya Muhammad Iqbal pernah membacakan syairnya yang terkenal tentang himalaya yang penuh dengan patriotisme. Bunyi syairnya yaitu :
Ingatlah pada tanah air mu
Wahai orang tak berakal”
Kekalutan sedang menggelegak
Dilangit kelihatan tanda-tanda kehancuranmu,
Lihatlah apa yang sedang terjadi dan lagi akn terjadi”
Ada apa dari cerita-cerita di zaman lampau itu
Gagal memahami ini, kamu pastiakan hancur.
Wahai Industan, malang riwayatmu pun tidak bakal tinggal dalam sejarah dunia.1
Pada saat itu Muhammad Iqbal berada dibawah pengaruh Sir Thomas Arnold pengarang dari sebuah buku yang berjudul “The preaching of Islam”. Dari Thomas Arnold inilah yang pertama mengenalkan filsafat barat dalam jiwa Muhammad Iqbal. Pada tahun 1905, Muhammad Iqbal berangkat ke Eropa melanjutkan studi nya di Universitas Cambridge. Setelah dari Inggris kemudian ia pergi ke Jerman dan kuliah di Universitas Munchen dan mendapat gelar Doctor philosophiae (Ph.D) atas tesisnya yang berjudul “Perkembangan Methaphysika di Persia.
Muhammad Iqbal berada di Eropa selama tiga tahun menjadikan pemikirannya meluas dan mendalam. Pengetahuan itu tidak didapat semata-mata dari Universitas Cambridge, akan tetapi juga karena kerajinan Muhammad Iqbal dalam menuntut berbagai macam pengetahuan yang tersembunyi dalam buku-buku yang berada di perustakaan Cambridge, London dan Berlin.
Menurut orang-orang yang mengenal Muhammad Iqbal, sangat lancar dan menarik dalam pembicaraan ia dapat dan suka berbicara apa saja. Setelah belajar di Eropa Muhammad Iqbaltidak banyak bepergian kecuali pergi untuk memberi kuliah dan berpidato politik untuk kepentingan kaum muslimin. Pada tahun 1928 Muhammad Iqbal pergi ke India Selatan dan mengunjungi Madras, Mysore, Hydrabad. Ketika Muhammad Iqbal berada di Madras, Hydrabad dan Aligarh Muhammad Iqbal memberikan ceramah yang kemudian di terbitkan ke dalam sebuah buku yang bejudul The Reconstruction of Religion Thought in Islam.
Dalam ilmu pengetahuan Muhammad Iqbal banyak menyumbangkan pemikiannya terutama yang berbentuk dalam sebuah buku. Karya-karyanya adalah:
1.       Bahasa Persia
Terdiri dari Asrar-i-Chudi, Rumuz-i-Bechudi, Payam-i-Masjriq, Zabur-i-Adjam, Djawid Namah, Pas Tjeh Baid Kard Aye Aqwam-i-Sjarq, Lala-i-Thur.
2.       Bahasa Urdu
Terdiri dari Ilmu al-Iqtisad, Bang-i-Dara, Bal-i-Djibril, Zarb-i-Kalim, Armghan-i-Hidjaz, Iblis ki Madjlis-i-Sjura, Iqbal Namah, Baqiyat-i-Iqbal
3.       Bahasa Inggris
Development of metaphysics,
























BAB II
PEMBAHASAN
PEMIKIRAN MUHAMMAD IQBAL
TENTANG PENDIDIKAN
Membahas pendidikan merurut Muhammad Iqbal berarti juga membahas tentang sumbangan pemikiran tentang pendidikan yang disarankan untuk mencari pendidikan yang ideal. Pembahasan mengenai pendidikan tidak terlepas dari unsur kurikulum dimana kurikulum merupakan salah satu syarat yang wajib ada dalam penyelenggaraan pendidikan formal. Unsur-unsur kurikulum diantaranya membahas tentang tujuan pendidikan secara umum, unsur lain yang ada dalam kurikulum yaitu materi, metode, dan evaluasi.
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang unsur-unsur kurikulum menurut Muhammad Iqbal yang telah disebutkan diatas, dapat disimak penjelasannya sebagai berikut:
1.     Kurikulum
Kurikulum yang ditawarkan menurut Muhammad Iqbal adalah kurikulum yang memperkenalkan dan memasukkan kegiatan kehidupan sehari-hari dalam kehidupan sekolah.2 Kurikulum yang ditawarkan Muhammad Iqbal ini berimplikasi terhadap tujuan pendidikan, materi sebagai isi ,metode sebagai sarana dalam penyampaian materi, dan evaluasi untuk melihat sejauh mana pemahaman peserta didik terhadap materi.
1.     Tujuan pendidikan
Tujuan pendidikan merupakan sesuatu yang hendak dicapai, pendidikan tanpa adanya tujuan tidak bisa disebut pendidikan. Hal ini karena tujuan merupakan langkah awal yang semua dari kompenen atau unsur kurikulum yang lain nantinya akan di arahkan kesemuanya untuk mencapai tujuan pendidikan itu sendiri.
Menurut Muhammad Iqbal, tujun pendidikan meliputi:
1.     Tujuan hidup yang mulia hendaknya mengilhami kegiatan insani dalam segala bidang, lebih-lebih dalam dunia pendidikan yang bertugas untuk membina kata hati dan intelek manusia yang tidak ada “defeatisme” (suatu pandangan yang serba menyerah-kalah) atau pesimisme, sebab pendidikan itu merupakan perjalanan yang benar dalam menggali berbagai kemungkinan yang tak terbatas.3
2.     Fungsi pendidikan adalah melahirkan melahirkan interaksi yang dinamis dan progesitifitas kedua kutub tersebut, dengan maksud agar keduanya dapat saling bertautan secara serasi.4
3.     Pendidikan bagaikan “azimat” dalam upaya pencapaian tujuan, maka pendidikan hendaknya dapat dijiwai semangat dan citanya, yang merupakan sumber inspirasi bagi tata kehidupan social dan kebudayaan itu.5
4.     Pendidikan hendaknya dinamis dan kreatif yang di ilhami oleh suatu keyakinan yang optimis tentang tujuan akhir manusia6
5.     Tujuan pendidikan yang dikejar “ego” bukanlah sekedar emansipasi dari berbagai keterbatasan individualitas yang lebih mantap. Tujuan akhirnya bukan sekedar kegiatan intelektual, melainkan tindakan yang memperdalam keseluruhan keberadaan ego dan mempertegas dan mempertajam kemauannya, disertai keyakinan yang kreatif. Bahwa dunia ini bukanlah sesuatu yang sekedar cukup dilihat dan dikenal melalui berbagai konsep pandangan tertentu, melainkan sesuatu yang harus diciptakan dan dibuat kembali melaui kegiatan dan aktifitas yang bersinambungan.7
6.     Pendidikan hendaknya di arahkan kepada penundukan rohani terhadap jasmaniuntuk meraih seluruh dunia, walau dengan mengorbankan jiwa sekalipun.8
2.     Materi
1.     Pertumbuhan individualitas peserta didik
Pertumbuhan dan perkembangan individu menuntut kegiatan yang intensif dan aneka ragam serta tak kenal putus dalam pertautan individu yang bersangkutan dengan lingkungannya yang berlangsung terus menerus dan timbale balik, mencekup segi material maupun budayanya.
2.     Nilai sejarah dan budaya
Menurut Muhammad Iqbal materi pembelajaran hendaknya tidak meninggalkan nilai-nilai sejarah dan budaya . seperti ungkapan Iqbal berikut ini:
Bila ia mengabaikan sejarah masa lewat,
Kedalam ketiadaanlah ia akan terjerat”
Karena sejarah menjalin masa lalu dengan masa kini serta menciptakan suatu kesinambungan pada kehidupan dan kebudayaan masyarakat.9
Menurutnya, berkat tradisi religious dan filosofisnya, mereka akan dapat menghargai dan menyetujui ide-ide dan nilai-nilai yang bertautan dengannya.
3.     Perpaduan antara sisitem nilai ilmu pengetahuan dan agama.
Ilmu pengetahuan saja tiadak akan mampu memberikan gambaran yang menyeluruh dan memuaskan peserta didik mengenai dunia keyataan atau realita. Sedangkan system nilai agama sumber yang sangat vital bagi idealism dan kasih saying kemanusiaan sehingga berkat kehidupan yang religious itu manusia akan menggunakan segala dayanya demi kebaikan bukan kejahatan. Oleh karena itu agama hendaknya dipandang sebagai pelengkap yang mengimbangi pandangan yang didapat melalui ilmu pengetahuan.
3.     Metode
Metode pembelajaran dalam pendidikan dapat dianalogikan sebagai jalan yang dilalui oleh kendaraan, metode pembelajaran mempuyai pengaruh yang besar dalam proses pencapaian tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Penggunaan metode pembelajaran tidak bisa disamakan dalam menyampaikan setiap materi yang akan disampaikan, dalam pemilihan metode yang akan digunakan tidak dapat terlepas dari kontektualisasi dan relevansi tuntutan zaman, materi yang akan disampaikan, kondisi peserta didik, sumber daya manusia, sarana dan prasarana sebagai pendukung atas penggunaan media yang akan dipakai dalam proses pembelajaran. Muhammad Iqbal menghendaki penggunaan metode yang dapat menghadapkan siswa (peserta didik) kepada situasi baru dan masalah baru yang mengundng mereka untuk bekerja dengan penuh kesadaran akan tujuan yang digalinya dari sumber yang tersedia dalam lingkungan mereka. menurut Muhammad Iqbal terdapat empat metode pembelajaran yang cocok digunakan dalam proses pembelajaran yaitu:
1.     Metode self-activity
Merupakan sebuah metode untuk menjadikan peserta didik bersikap aktif dalam melaksanakan proses pembelajaran. Metode ini mengubah paradigma peserta didik tidak hanya menerima/mendengarkan pengetahuan yang disampaikan oleh pendidik, akan tetapi peserta didik lebih dituntut aktif dalam memperoleh pengetahuan baik dalam lingkungan kelas maupun dalam mengakses materinya di luar kelas.
2.     Metode learning by doing
Learning by doing (belajar dengan mengerjakan) merupakan sebuah metode apabila meminjam teorinya Bloom metode pembelajaran ini tidak hanya sebatas pada ranah kognitif dan afektif saja, melainkan lebih pada psikomotorik. Dengan metode ini peserta didik lebih dituntut untuk mampu mempraktekan apa yang mereka peroleh dalam tingkah laku kehidupannya.
3.     Metode proyek
Merupakan sebuah metode yang menuntut peserta didik untuk menyelesaikan sesuatu yang telah ditugaskan dengan jangka waktu yang telah ditentukan.
4.     Metode problem-solving
Problem-solving merupakan metode pembelajaran dengan mencari jalan keluar terhadap permasalahan yang ada, dalam proses pembelajarannya peserta didik dihadapkan kedalam permasalahan kemudian peserta didik dimintai untuk memecahkan persalahannya baik secara individu maupun secara kelompok.
4.     Pendidik
Pendidik dalam menggalli dan mengembangkan konsep pendidikannya akan harus mengkaji dan meneliti hakekat individualitas serta lingkungan.10Bahwasanya dalam pembelajaran pendidik harus menguasai karakteristik dari siswa sehingga dalam pembelajaran akan mudah mengajarnya.pendidik harus bisa menyiasati peserta didik yang satu dengan yang lain karena masing-masing siswa mempunyai karateritik yang berbeda. Dalam mendidik juga harus bisa menyesuaikan dengan lingkungan setempat baik dalam berkomunikasi dengan siswa maupun dengan orang tua siswa.
Pendidik hendaknya berusaha untuk memperbaiki dan mengatasi kekurangan, tidak hanya dengan jalan mengajarkan ilmu pengetahuan kepada siswa, tetapi juga dengan jalan menumbuhkan dan mengembangkan suasana dan kehidupan ilmiah.11 Dalam proses pembelajaran pendidik tidak berfungsi sebagai transfer ilmu,tetapi pendidik harus dapat mengembangkan jiwa dalam pesertadidik agar ahlak peserta didik juga dapat berkembang, sehingga pesertadidik nantinya dalam menerapkan ilmunya dapat diterima oleh masyrakat.
5.     Peserta didik
Apabila pendidikan itu dimasukkan untuk mempersiapkan anak bagi kehidupannya, maka pendidikan hendaknya dicapai melalui partisipasi dalam kehidupan itu.12
Pendidikan peserta didik itu disesuaikan dengan kehidupan atau perilaku sehari-harinya. Untuk menyesuaikannya, peserta didik harus ikut berpartisipasi dalam pembelajaran sehingga peserta didik faham serta menguasai apa yang terkandung dalam materi yang sudah disampaikan. Jadi dalam diri peserta didik perlu adanya kesadaran untuk berpartisipasi aktif dalam menyukseskan pendidikan.
2.     Lingkungan
Lingkungan belajar merupakan salah satu faktor yang mendukung proses pendidikan. Menurut Muhammad Iqbal tentang lingkungan “setiap kelangsungan pendidikan bertopang pada kenyataan kehidupan suatu organisme insani yang secara terus menerus berinteraksi dengan suatu lingkungan yang mantap dan kompleks”.13
No one can develop any intelligent theory of education without consciously postulating some conception of the nature of the nature of the individual to be educated, his relationship to the community and, what may be called, his ultimate destiny”14 (Tak seorangpun dapat mengembangkan teori kecerdasan dari pendidikan, tanpa sadar mendalilkan beberapa konsep alam tentang hakikat individu untuk dididik, yang berhubungan dengan masyarakat dan apa yang disebut dengan tujuan akhir)
Lingkungan bersama sekolah hendaknya berusaha menggali makna intelektual, estetik, dan moral dari kegiatan dan minat sehari-hari, serta meningkatkan penggunaan akal sehat dalam menanggulangi masalah kehidupan sehari-hari.15 Pendidikan tidak akan mampu efektif tanpa adanya lingkungan yang mendukung tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.
3.     Relevansi model pendidikan Muhammad Iqbal
1.     Kurikulum
Menurut pemakalah kurikulum yang di gagas oleh Muhammad Iqbal masih cukup relevan apabila kurikulum tersebut diterapkan pada masa sekarang ini, karena kami melihat pendidikan tidak dapat terlepas dari kehidupan masyarakat dan budayanya.
2.     Materi
Materi yang rancang menurut pendapat Muhammad Iqbal menurut kelompok kami juga masih mempunyai nilai relevansi, akan tetapi kami kontektualisasika dengan para paradigma yangs sekarang tentunya harus adanya pemilahan yang jelas dari segi kecapaiaan ketiga ranah yang yang diusung oleh Bloom yaitu materi yang disampaikan mengacu pada ranah kognitif, afektif dan psikomotor.
3.     Metode
Metode yang digunakan pada saat ini yang menggunakan metode belajar aktif apabila kita teliti bersama ternyata metode tersebut juga sudah ada pemikiran pada masa jamannya Muhammad Iqbal semisal metode problem solving dan metode yang lainnya, hal ini mempunyai pengertian bahwa matode pembelajaran Muhammad Iqbal cukup relevan untuk saat ini. Bahkan metode yang digagas oleh UNESCO selaku badan yang menangani pendidikan yang dinaungi oleh PBB untuk pendidikan masa depan sudah dilakukan oleh Muhammad Iqbal.
4.     Pendidik
Relevansi pendidik dalam melaksanakan pembelajaran Muhammad Iqbal juga masih cukup mempunyai nilai-nilai yang perlu dipertahankan, akan tetapi tentu masih ada penambahan peran pendidik semisal pengenalan terhadap teknologi informasi dan komuniksi.
5.     Peserta didik
Peserta didik sebagai subjek pendidikan tentunya mempunyai peran yang paling besar dalam pendidikan, sebagaimana yang telah diharapkan oleh Muhammad Iqbal peserta didik harus mampu bermasyarakat karena pola masyarakat tidaklah statis akan tetapi selalu dinamis mangikuti perkembangan zaman.

DAFTAR PUSTAKA

Raliby, Osman, Pembangunan Kembali Alam Pemikiran Islam,Djakarta: Bulan-Bintang, 1966.
Nasution, Harun, Pembaharuan dalam Islam, Sejarah Pemikiran dan Gerakan, Jakarta: Bulan-bintang: 1992.
Sarjono, dkk., Panduan penulisan Skripsi, Yogyakarata: Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga, 2008.
Iqbal, Muhammad, Percikan Filsafat Iqbal mengenai Pendidikan, penerjemah: Soelaeman, Bandung: CV Diponegoro, 1981.
…….., Iqbal’s Educational Philosophy, Lahore: Khasmiri Bazar, 1954.








1 Osman Raliby, Membangun Kembali Alam Pikiran Islam, (Jakarta: Bulan-bintang), hal. XIV
2 Ibid., hal. 66
3 Saiyidayin, Percikan filsafat Iqbal Mengenai Pendidikan, (Bandung: CV. Dipenogoro), hal. 99.
4 Ibid., hal. 147.
5 Ibid., hal.170.
6 Ibid.
7 Ibid., hal. 174.
8 Ibid.
9 Ibid., hal. 171.
10 Ibid., hal. 23.
11 Ibid., hal. 165.
12 Ibid., hal. 60.
13 Ibid., hal. 23.
14 Iqbal, Iqbal’s Educational Philosophy, (Lahore: Kasmiri Bazar), hal, 9.
15 Ibid hal:66
Page | 12



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Menerima Kritik Dan Saran