Translate

Selasa, 25 September 2012

Hadits Iman Dan Ibadah

1.        اَلْاِيْمَانُ مَعْرِفَةٌ بِالْقَلْبِ وَقَوْلٌ بِاللِّسَانِ وَعَمَلٌ بِاْلاَرْكَانِ. (رواه ابن ماجه

عن علي بن ابى طالب)

Iman itu ialah dipercaya dalam hati, diucapkan dengan lisan, dan diamalkan dengan perbuatan. (H.R. Ibnu Majah dari Ali bin abi Thalib No. 64)

2.        قَالَ فَاَخْبِرْنِيْ عَنِ اْلاِيْمَانِ قَالَ اَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَاْليَوْمِ اْلاَخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ (رواه مسلم عن عمر بن الخطاب)

Jibril berkata: “Kabarkanlah kepadaku tentang iman?” Rasulullah Saw bersabda, “Iman itu ialah kamu percaya kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, dan kamu percaya pada takdir yang baik dan yang buruk. (H.R. Muslim dari Umar bin Khattab No. 9).

Catatan: Qadar adalah ketetapan Allah untuk makhluk-Nya. Tindakan Allah membuat ketetapan disebut takdir (taqdi>r –bentuk masdari dari qaddara -yuqaddiru). Ketatapan Allah adalah produknya, yakni undang-undang-Nya atau sunatullah. Qadar Allah ada dua, qadar takwi>ni> (penciptaan)  dan qadar tasyri>’i >(tuntutan). Qadar takwini adalah ketetapan Allah yang berbunyi bahwa sesuatu menjadi ada atau berubah karena ada sebab (hukum kausalitas)  sedangkan qadar tasyri’i adalah ketatapan Allahyang berupa perintah dan larangan kepada mukalaf, yakni perintah melakukan kebaikan dan larangan melakukan kajahatan. Allah menetapkan qadar takwini dan tasyari’i dan diberitahukan kepada mukalaf dan kemudian manusia diberi kemampuan dan kesempatan untuk memilih antara qadar takwini yang baik dan qadar wakwini yang buruk di satu sisi dan di sisi lain mukalaf diperintah untuk berbuat baik sebagai cara untuk memperoleh akibat yang baik dan dilarang melakukan kejahatan untuk menghindari akibat buru. Allah tidak memaksakan qadar-Nya yang baik ataupun yang buruk kepada manusia tetapi mukalaf tidak dapat lepas dari salah satu dari keduanya bergantung pada pilihan mukalaf sendiri. Itulah keadilan Allah terhadap pada mukalaf di satu sisi. Di sisi lain, Allah,sebagai Tuhan yang Maha Kasih Sayang, memerintah mukalaf supaya bahagia dan melarangnya supaya terhindar dari bahaya. Terkait dengan perintah dan larangan-Nya, Dia juga tidak memaksa mukalaf melakukan perintah-Nya dan/ atau menghindari larangan-Nya,melainkan memberi kemampuan dan kesempatan untuk memilih antara menaati perintah-Nya atau melanggar larangan-Nya. Ketaatan menjalankan perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya adalah keputusan hati nurani mukalaf dan sebagai akibat yang tak terelakkan adalah bahwa si mukalaf  bertanggungjawab atas akibat perbuatanya.

Contoh qadar takwini adalah adanya makhluk (dari tiada menjadi ada) atau perubahan makhluk dari situasi tertentu menjadi situasi yang lain baik yang dikehendaki ataupun tidak disukai adalah karena sebab-sebab.

Tak ada makhluk yang steril dari pengaruh makhluk lain. Setiap makhluk tidak dapat lepas dari salah satu dari dua qadar-qadar baik atau qadar buruk. Sebabnya ada dua,yaitu posisi makhluk sebagai akibat dan pisisin makhluk yang selalu berdampingan dengan makhluk lain. Tak ada makhluk yang tidak diciptakan, atau tidak ada makhluk yang ada dengan sendirinya karena sesuatu yang ada dengan sendirinya pastilah adanya paling awal dan tak berpeemulaan. Yang ada dengan sendirinya dan yang eksistensinya paling dahulu dan tak berawal adalah Khalik.Jadi yang ada hanya dua,yaitu Khalik dan makhluk. Segala sesuatu selain Khalik adalah makhluk. Khaliklah yang sempurna sedangkan makhluk pasti dan selalu untuk selamanya memiliki kekurangan sebagai ciri khas yang melekat secara abadi pada makhluk. Konsekuensinya, setiap makhluk –apapun atau siapapun dia –pasti memiliki kelebihan sebagai ciri khas pertama (karena Allah tidak menciptakannya dengan sia-sia sehingga dia berhak atau pantas untuk dicintau) dan kekurangan sebagai ciri khas kedua sehingga dia harus tawadu dan tidak perlu sombong kepada makhluk lain karena setiap makhluk pasti dapat dijadikan pengingat adanya Khalik. (Anjuran: Baca buku: HAMKA, Said Jamaluddin Al-Afghani; Nurkholish Madjid, Khazanah Inteletual Islam; Maulana Muhammad Ali, Islamologi )

3.        اَلْاِيْمَانُ بِضْعٌ وَسَبِعُوْنَ شُعْبَةً فَاَفْضَلُهَا قَوْلُ لاَاِلَهَ اِلاَّ الله ُوَاَدْنَاهَا اِمَاطَةُ اْلاَذَى عَنِ الطَّرِيْقِ وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ اْلاِيْمَانِ (رواه مسلم عن ابى هريرة)

Iman itu ada tujuh puluh satu cabang. Yang paling utama ialah ucapan laa ilaaha illallaah, sedangkan yang paling rendah ialah menyingkirkan gangguan dari tengah jalan. Adapun malu juga sebagian dari iman. (H.R. Muslim dari Abu Hurairah No.51)

4.        قَالَ الله ُتَعَالىَ اَنَا خَيْرُ شَرِيْكٍ فَمَنْ اَشْرَكَ مَعِيْ شَرِيْكًا فَهُوَ لِلشَّرِيْكِ يَااَيُّهَاالنَّاسُ اَخْلِصُوْا اَعْمَالَكُمْ ِللهِ فَاِنَّ الله َلاَيَقْبَلُ مِنَ اْلاَعْمَالِ اِلاَّ مَا خَلَصَ لَهُ. وَلاَ تَقُوْلُوْا هَذَا ِلله ِوَلِلرَّحْمِ فَاِنَّهَا لِرَحْمِهِ وَلَيْسَ ِلله ِمِنْهَا شَيْئٌ وَلاَ تَقُوْلُوْا ِللهِ وَلِوُجُوْهِكُمْ فَاِنَّهَا لِوُجُوْهِكُمْ وَلَيْسَ ِلله ِمِنْهَا شَيْئٌ (رواه البزرعن الضحاق)

Allah Swt berfirman, “Aku adalah sebaik-baik sekutu. Barang siapa mempersekutukan aku dengan yang lain, berarti ia telah diserahkan kepada sekutu itu. Wahai manusia! Beramallah kalian dengan ikhlas karena Allah. Sesungguhnya Allah tidak menerima amal seseorang, kecuali yang didasari keikhlasan kepada-Nya. Janganlah kalian mengucapkan, Ini demi Allah dan ini demi kekeluargaan’. Perbuatan itu hanya karena kekeluargaan, tidak sedikitpun karena Allah. Jangan pula kalian mengucapkan, ‘Ini demi Allah dan ini demi pemimpin kalian’. Amalan seperti itu hanyalah untuk kehormatan pemimpin kalian, tidak sedikitpun karena Allah.” (H.R. al-Bazzar dari Ad-Dahaq dalam hadis muslim jilid 1 hal.29)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Menerima Kritik Dan Saran