Translate

Rabu, 23 Mei 2012

Kemajuan Ilmu Pengetahuan Masa Nabi dan Khalafaurrasyidin

I.                   Kemajuan ilmu pengetahuan pada masa Nabi Muhammad SAW

Pada masa rosulallah ilmu pengetahuan belum begitu pesat seperti pada masa sekarang. Ketika itu umat islam masih terfokus pada penyebaran agama islam. Al Qur’an dan Hadits masih menjad pedoman umat islam pada waktu itu. Ilmu pengetahuan langsung bersumber dari rosulallah melalui wahyu dari Malaikat Jibril. Selain itu para sahabat selalu menghafal ayat ayat yang telah mereka dengar dari rosulallah SAW.
Dengan ilmu pengetahuan, orang akan menjadi mulia, terhormat dan mampu menghadapi permasalahan yang terjadi dalam kehidupan. Mengankat derajat seseorang karena beriman dan berilmu pengetahuan. Karena itu, perkembangan ilmu pengetahuan sudah mulai digalakkan, terbukti bahwa sudah adanya ilmu memanah, ilmu naik kuda, dan ilmu berenang. Ilmu ilmu tersebut berkembang terus menerus seiring dengan perkembangan waktu dan zaman.[1]

II.                Kemajuan lmu pengetahuan pada masa Khulafaurrasyidin
Kepemimpinan yang pertama pada masa ini adalah Abu Bakkar, kemudian dilanjutkan Umar bin Khattab, Usman bin Affan, dan Ali bin Abi Tholib. Pada masa ini umat islam mencapai puncak kesetabilan politik dan ekonomi.
Dimasa ini sudah terdapat pengajaran bahasa arab, pendidikannya juga adalah pembudayaan ajaran agama islam kelingkungan budaya bangsa bangsa disekitar Jazirah Arab. Pendidikan juga ditekankan pada pengajaran baca tulis dan ajaran ajaran islam, disebabkan oleh perluasan wilayah islam dan terjadinya pergolakan positif.[2]
Pembukuan Al Qur’an juga terjadi pada masa ini, pembukuan tersebut diambil dari tuisan tulisan para sahabat dan penghafal Al Qur’an menjadi syuhada’ ketika berperang dengan kaum kafir yang selalu mengganggu kehidupan kaum muslimin. Seain itu juga terjadi pengkodifikasian hadits nabi. Pembukuan Al Qur’an dilakukan oleh panitia yang dibentuk oleh Usman bin Affan yang diketuai Zaid bin Tsabit beserta anggotanya Abdullah bin Zubair, Said bin As, Abdurrahman bin Harits. Dlam pembukuan tersebut panitia berhasil membukukan lima mushaf, yang empat diantaranya dikirim ke makkah, Siria, Basrah, dan Kufah, untuk disalin. Dan yang satu mushaf ditinggal dimadinah untuk Khalifah Usman bin Affan.
Dari mushaf yang ditulis pada masa Usman bin Affan ini, Al Qur’an disalin dan yang saat ini beredar diseluruh duniadan itu sesuai degan anjuran Rasulullah SAW.

III.             Kemajuan ilmu pengeahuan pada masa Dinasti Bani Umayyah

a.       Pengembangan Bahasa Arab
Para penguasa Dinasti Umayyah telah menjadikan Islam sebagai daulah (negara), kemudian dikuatkannya dan dikembangkanlah bahasa Arab dalam wilayah kerajaan Islam. Upaya tersebut dilakukan dengan menjadikan bahasa Arab sebagai bahasa resmi dalam tata usaha negara dan pemerintahan sehingga pembukuan dan surat-menyurat harus menggunakan bahasa Arab, yang sebelumnya menggunakan bahasa romawi atau bahasa persia di daerah-daerah bekas jajahan mereka dan di Persia sendiri.

b.      Marbad Kota Pusat Kegiatan Ilmu
Dinasti Umayyah juga mendirikan sebuah kota kecil sebagai pusat kegiatan ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Pusat kegiatan ilmu dan kebudayaan itu dinamakan Marbad, kota satelit dari Damaskus. Di kota Marbad inilah berkumpul para pujangga, filusuf, ulama, penyair, dan cendekiawan lainnya, sehingga kota ini diberi gelar ukadz-nya Islam.

c.       Ilmu Qiraat
Ilmu qiraat adalah ilmu seni baca al-quran. Ilmu qiraat merupakan ilmu syariat tertua, yang telah dibina sejak zaman khulafaur rasyidin. Kemudian masa Dinasti Umayyah dikembangluaskan sehingga menjadi cabang ilmu syariat yang sangat penting. Pada masa ini lahir para ahli qiraat ternama seperti Abdullah bin Qusair (w.120 H) dan Ashim bin Abi Nujud (w. 127 H).

d.      Ilmu Tafsir
Untuk memahami al-quran sebagai kitab suci dierlukan interpretasi pemahaman secara komprehensif. Minat untuk menafsirkan al-quran dikalangan umat islam bertambah. Pada masa perintisan ilmu tafsir, ulama yang membukukan ilmu tafsir yaitu Mujahid (w. 104 H)

e.       Ilmu hadits
Ketika kaum muslimin telah berusaha memahami al-quran, ternyata ada satu hal yang juga sangat mereka butuhkan, yaitu ucapan-ucapan nabi, oleh karena itu, timbulah usaha untuk mengumpulkan hadits, menyelidiki asal-usulnya, sehingga akhirnya menjadi satu ilmu yang berdiri sendiri yang dinamakan ilmu hadits. Diantara para ahli hadits yang termasyur pada dinasti Umayyah adalah Al-Auzai Abdurahman bin Amru (w.159 H), Hasan Basri (w.110 H), Ibnu Abu Malikah (119 H), dan Asya’bi Abu Amru Amir bin Syurahbil (w.104 H).[3]

f.       Ilmu Fiqh
Setelah islam menjadi daulah, maka para penguasa sangat membutuhkan adanya peraturan-peraturan untuk menjadi pedoman dalam menyelesaikan berbagai masalah. Mereka kembali kepada Al-quran dan Hadits dan mengeluarkan syariat dari kedua sumber tersebut untuk mengatur pemerintahan dan memimpin rakyat. Al-quran adalah dasar fiqh Islam, dan pada zaman ini ilmu fiqh telah menjadi satu cabang ilmu syariat yang berdiri sendiri. Diantara ahli fiqh yang terkenal adalah Sa’ud bin Musib, Abu Bakar bin Abdurrahman, Qasim Ubaidillah, Urwah, dan Kharijah.

g.      Ilmu Nahwu
Pada masa Dinasti Umayyah karena wilayahnya berkembang secara luas, khususnya ke wilayah di luar arab, maka ilmu nahwu sangat diperlukan. Hal tersebut dusebabkan pula bertambahnya orang-orang Ajam (non-Arab) yang masuk islam, sehingga keberadaan bahsa arab sangat dibutuhkan. Oleh karena itu, dibukukanlah ilmu nahwu dan berkembanglah satu cabang ilmu yang penting untuk mempelajari berbagai ilmu agama Islam.

h.      Ilmu Jughrafi dan Tarikh
Jughrafi dan tarikh pada masa Dinasti Umayyah telah berkembang menjadi ilmu tersendiri. Demikian pula ilmu tarikh (ilmu sejarah), baik sejarah umum maupun sejarah islam pada khususnya. Adanya pengembangan dakwah islam ke daerah-daerah baru yang luas dan jauh menimbulkan gairah untuk mengarang ilmu jughrafi (ilmu bumi atau geografi), demikian pula ilmu tarikh. Ilmu jughrafi dan tarikh lahir pada masa Dinasti Umayyah, barulah berkembang menjadi suatu ilmu yang betul-betul berdiri sendiri pada masa ini.

i.        Usaha penerjemahan
Untuk kepentingan pembinaan dakwah Islamiyah, pada masa Dinasti Umayyah dimulai pula penerjemahan buku-buku ilmu pengetahuan dari bahasa-bahasa lain ke dalam bahasa Arab. Dengan demikian, jelaslah bahwa gerakan penerjemahan telah dimulai pada zaman Dinasti Abbasiyah. Adapun yang mula-mula melakukan usaha penerjemahan yaitu Khalid bin Yazid, seorang pangeran yang sangat cerdas dan ambisius. Ketika gagal memperoleh kursi kekhalifahan, ia menumpahkannya dalam ilmu pengetahuan dari bahasa lain ke bahasa Arab. Didatangkannyalah ke Damaskus para ahli ilmu pengetahuan yang melakukan penerjemahan dari berbagai bahasa. Maka diterjemahkan buku-buku tentang ilmu kimia, ilmu astronomi, ilmu falak, ilmu fisika, kedokteran, dan lain-lain. Khalid sendiri adalah ahli dalam ilmu astronomi.[4]

IV.             Kemajuan ilmu pengetahuan pada masa Dinasti Abbasiyah

a.       Bidang Agama
Kemajuan dibidang agama antara lain dalam beberapa bidang ilmu yaitu ulumul qur’an, ilmu tafsir hadits, ilmu kalam, bahasa, dan fiqh.
1.      Fiqh
Pada masa dinasti Abbasiyah lahir para tokoh bidang fiqh dan pendiri mazdhab antara lain sebagai berikut.
a.       Imam Abu Hanifah (700-767M)
b.      Imam Malik (713-795M)
c.       Imam Syafi’i (676-820M)
d.      Imam Ahmad bin Hambal (780-855M)
2.      Ilmu Tafsir
Perkembangan ilmu tafsir pada masa pemerintah Abbasiyah mengalami kemajuan pesat. Diantara para ahli tafsir pada masa dinasti Abbasiyah adalah :
a.       Ibnu Jarir Ath-Thabari
b.      Ibnu Athiyah Al-Andalusi
c.       Abu Muslim Muhammad bin Bahar Isfahani
3.      Ilmu Hadist
Diantara para ahli hadits pada masa dinasti Abbasiyah adalah :
a.       Imam Bukhari (194-256H), karyanya Shahih Al-Bukhari
b.      Imam Muslim (w. 261H), karyanya Shahi Muslim
c.       Ibnu Majah, karyanya Sunan Ibnu Majah
d.      Abu Dawud, karyanya Sunan Abu Dawud
e.       Imam An-Nasa’i, karyanya Sunan An-Nasa’i
f.       Imam Baihaqi
4.      Ilmu Kalam
Kajian para ahli ilmu kalam (teologi) adalah mengenai dosa, pahala, surga neraka, serta perdebatan mengenai ketuhanan atau tauhid, menghasilkan suatu ilmu yaitu ilmu kalam atau teologi. Diantara tokoh ilmu kalam adalah :
a.       Imam Abul Hasan Al-Asy’ari dan Imam Abu Mansur Al-Maturidi, tokoh Asy’ariah.
b.      Washil bin Atha, Abul Huzail Al-Allaf (w. 849 M), tokoh Mu’tazilah.
c.       Al-Juba’i.
5.      Ilmu Bahasa
Di antara ilmu bahasa umum antara lain berkembang pada masa dinasti Abbasiyah adalah ilmu nahwu, ilmu sharaf, ilmu bayan, ilmu badi’, dan arudh. Bahasa Arab dijadikan sebagai bahasa ilmu pengetahuan, disamping sebagai alat komunikasi antarbangsa. Diantara para ahli ilmu bahasa adalah :
a.       Imam Sibawaih (w. 183 H), karyanya terdiri dari 2 jilid setebal 1.000 halaman.
b.      Al-Kiasi
c.       Abu Zakaria Al-Farra (w. 208 H) kitab nahwunya terdiri dari 6.000 halaman lebih.
b.      Bidang Umun
Dalam bidang umum antara lain berkembang berbagai kajian dalam bidang filsafat, logika, metafisika, matematika, ilmu alam, geometri, aljabar, aritmatika, mekanika, astronomi, musik, kedokteran, kimia sejarah, dan sastra.
1.      Filsafat
Kajian filsafat dikalangan umat muslim mencapai puncaknya pada masa daulah dinasti Abbasiyah, diantaranya dengan penerjemahan filsafat yunani kedalam Bahasa Arab.
a.       Abu Ishaq Al-Kindi (809-873 M ). Karyanya lebih dari 231 judul.
b.      Abu Nasr Al-Farabi (961 M). Karyanya lebih dari 12 buah buku. Ia memperoleh gelar Al-Mualimuts Tsani (the second teacher), yaitu guru kedua, sedangkan guru pertama dalam bidang filsafat adalah Aristoteles.
c.       Ibnu Sina, terkenal dengan Avicanna (980-1037 M). Ia seorang filsuf yang memnhidupkan kemali filsafat Yunani aliran Aristoteles dan Plato. Selain filsuf Avicenna juga seorang dokter istana kenamaan. Diantara bukunya yang terkenal adalah Asy-Syifa, dan Al-Qonun fi Ath-Thib (Canon of Medicine).
d.      Ibnu Bajah (w. 581 H)
e.       Ibnu Tufail (w. 581 H), penulis buku novel filsafat Hayy bin Yaqdzan.
f.       Al-Ghazali (1058-1111 M). Al Ghazali mendapatkan julukan Al-Hujjatul Islam. Karyanya antara lain : Maqasid Al-Falasifah, Al-Munqid Minadh Dhalal, Tahafut Al-Falasifah, dan Ihya Ulumuddin.
g.      Ibnu Rusyd di Barat dikenal dengan Averros (1126-1198 M). Ibnu Rusyd, seorang filsuf,doter, dan Ulama. Karyanya antara lain : Mabadi Al-Falasifah, Tahafut At-Tahafut Al-Falasifah, Al-Kuliah nfi Ath-Thibb, dan Bidayah Al-Mujtahid.
2.      Ilmu kedokteran
Ilmu kedokteran pada masa dinasti Abbasiyah berkembang pesat. Rumah – rumah sakit  besar dan sekolah kedokteran banyak didirikan.
Diantara ahli kedokteran ternama adalah :
a.       Abu Zakaria Yahya bin Mesuwaih (w. 242 H), seorang ahli farmasi dirumah sakit Jundhisapur Iran.
b.      Abu Bakar Ar-Razi (Rhazes) (864-932 M) dikenal sebagai “Galien Arab”.
c.       Ibnu Sina (Avicenna), karyanya yang terkenal adalah Al-Qonun fi Ath Thib tentang teori dan praktek ilmu kedokteran serta membahas pengaruh obat – obatan, yang diterjemahkan kedalam bahasa Eropa, Canon of Medicine.
d.      Ar-Razi, adalah tokoh pertama yang membedakan antara penyakit cacar dengan measles, Ar-Razi adalah penulis buku mengenai kedokteran anak.
3.      Matematika
Terkenal dari buku buku asing kedalam bahasa Arab menghasilkan karya dalam bidang matematika. Diantara ahli matematika Islam yang terkenal adalah Al-Khawarizmi. Al-Khawarizmi adalah pengarang kitab Al-Jabar wal Muqobalah (ilmu hitung), dan penemu angka nol. Sedangakan angka latin : 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 0 disebut anka Arab karena diambil dari Arab. Sebelumnya dikenal angka Romawi I, II, III, IV,V, dan seterusnya. Tokoh lain adalah Abu Al-Wafa Muhammad bin Muhammad bin Ismail bin Al-Abbas (940-998) terkenal sebagai ahli ilmu matematika.
4.      Farmasi
Diantara Ahli farmasi pada masa Dinasti Abbasiyah adalah Ibnu Baithar, karyanya yang terkenal adalah Al-Mughni (berisi tentang obat-obatan), Al-Mufradat Al-Adawiyah (berisi tentang obat-obatan dan makanan bergizi).
5.      Ilmu Astronomi
Kaum muslimin mengkaji dan menganalisis berbagai aliran ilmu astronomi dari berbagai bangsa seperti bangsa Yunani, India, Persia, Kaldan, dan ilmu falak jahiliyah. Diantara ahli astronomi islam adalah :
a.       Abu Mansur Al-Falaki (w. 272 H). Karyanya yang terkenal adalah Isbat Al-Ulum dan Hayat Al-Falak.
b.      Jabir Al-Batani (w. 319 H). Al-Batani adalah pencipta teropong bintang pertama. Karyanya yag terkenal adalah kitab ma’rifat Mathii Buruj Baina Arbai Al-Falak.
c.       Raihan Al-Birunin(w. 440 H). Karyanya yang terkenal adalah At-Tafhim li Awal As-Sina At-Tanjim.[5]
6.      Geografi
Dalam bidang geografi umat islam sangat maju, karena sejak semula bangsa Arab merupakan, bangsa pedagang yang biasa menempuh jarak jauh untuk berniaga. Diantara wilayah pengembaraan umat islam adalah umat islam mengembara ke Cina dan Indonesia pada masa masa awal kemunculan islam. Diantara tokoh ahli geografi yang terkeal adalah :
a.       Abu Hasan Al-Mas’udi (w. 345 H/ 956 M), seorang penjelajah yang mengadakan perjalanan smapai persia, India, Srilanka,  Cina, dan penulis buku Muruj Az-Zahab wa Ma’adin Al-Jawahir.
b.      Ibnu Khurdazabah (820-913 M) berasal dari Persia yang dianggap sebagai ahli geografi Islam tertua. Diantara karyanya adalah Masalik wa Al-Mamalik, tentang data data penting mengenai sistem pemerintahan dan peraturan keuangan.
c.       Ahmad El-Yakubi, penjelajah yang pernah mengadakan pejalanan sampai ke Armenia, Iran, India, Mesir, Maghribi, dan menulis buku Al-Buldan.
d.      Abu Muhammad Al-Hasan Al-Hamadani (w. 334 H/ 946 M). Karyanya yang terkenal bejudul Sifatu Jazirah Al-Arab.

7.      Sejarah
Masa dinasti Abbasiyah banyak mucul tokoh tokoh sejarah. Beberapa tokoh sejarah lainnya antara lain :
a.       Ahmad bin Al-Ya’kubi (w. 895 M) karyanya adalah Al-Buldan (negeri-negeri), At-Tharikh (sejarah)
b.      Ibnu Ishaq
c.       Abdullah bin Muslim Al-Qurtubah (w. 889 M), penulis buku Al-Imamah wa As-Siyasah, Al-Ma’arif, ‘Uyunul Ahba, dan lain lain.
d.      Ibnu Hisyam
e.       Ath-Thabari (w. 923 M), penulis buku kitab Al-Umam wa Al-Muluk.
f.       Al-Maqrizi
g.      Al-Baladzuri (w. 892 M), penulis buku buku sejarah.
8.      Sastra
Dalam bidang sastra, Baghdad merupakan kota pusat seniman dan satrawan. Para tokoh sastra antara lain :
a.       Abu Nawas, salah seorang penyair terkenal dengan karya cerita humornya.
b.      An_Nasyasi, penulis buku Alfu Lailah wa Lailah (the Arabian Night), adalah buku cerita sastra Seribu Satu Malam yang sangat terkenal dan diterjemahkan kedalam hampir seluruh bahasa dunia.


[1] PERKEMBANGAN AGAMA ISLAM PADA MASA NABI MUHAMMAD SAW SAMPAI MASA KHULAFAUR RASYIDIN « Muhammad Jamil.htm tgl 24 april 2012 jam 22.30
[2] PERKEMBANGAN AGAMA ISLAM PADA MASA NABI MUHAMMAD SAW SAMPAI MASA KHULAFAUR RASYIDIN « Muhammad Jamil.htm tgl 24 april 2012 jam 22.30
[3] Amin samsul munir, sejarah peradaban islam, jakarta, amzah, 2010 hal 132 - 135
[4] Ibid, hal 135 - 136
[5] Amin smsul munir, sejarah peradaban islam, jakarta, amzah, 2010, hal 149 - 152

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Menerima Kritik Dan Saran