Translate

Minggu, 02 Desember 2012

FILSAFAT Hermeutika


A.    Pengertian Hermeutika
Disini tidak mempersoalkan tentang ilmu pengetahuan manusia namun titik tolak yakni perkembngan sains yang dibarengi dengan tetap memparrahankan warisan humanistik, tradisi humanisme masih sangat berpangaruh pada perkembangan konsepsi ilmu pengetahuan moderen, pendek kata segala sesuatu yang sebelumnyan dikenal dengan humaniora. Tujuan dari penyelidikan hermenutika bukan menawarkan sebuah teori umum tentang tafsiran dan catatan metodenya melainkan untuk menemukan apa yang sama dari semua pemahaman adalah tidak pernah merupakan perilaku subjektif terhadap sebuah objek ‘tertentu’ tetapi terhadap sejarah efektifnya~sejarah pengaruhnya; dangan kata lain, pemahaman berkaitan dengan wujud yang dipahami.

B.     Teori Hermeneutika
1.      Proyek Schleiermacher tentang Hermeutika Uniersal
Menurutnya Hermeneutika sebagai penyokong dan masih merupakan bagian studi tentang benda-benda (dalam ilmu pengetahuan). Hermeneutika meliputi penafsiran gramatik dan psikologis tetapi sumbangan khusus Schleiermacher adalah penafsiran psikologis. Akhirnya ia merupakn sebuah proses ilahiah, sebuah penempatan seseorang didalam pikiran penuis, sebuah pemahaman terhadap asal usul batin sebuah komposisi karsa, sebuah penciptaan kembali tindakan kreatif.
Pada kenyataannya ini adalah pengandaian Schleiermacher bahwa semua individualitas adalah sebuah manifestasi dari kehidupan universal oleh karena itu setiap orang membawa sangat sedikit orang lain didalam dirinya, dangan demikian keilahian didorong oleh perbandingan diri sendiri. Jadi dia bisa mengatakan bahwa individualitas dipahami dengan mentransformasikan dirinya kedalam yang lain.
Karena Schleiermacher termasuk Agust Boekh, Steintal dan Dilthey mengulang-uang rumusannya dengan pengertian yang sama, kritikus sastra memahami pembicara lebih baik daripada dia memahami diriny sendiri dan lebih baik daripada pemikiran sezamannya memehami dai, karena dia jelas memasukkan kesadaranpap yang sebenarnya  tetapi hanya tidak sadar, hadir pada yang lain. Melalui engetahuan hukum-hkum psikologis, kritikus menurut Steinth bisa mendalami pemahamnya dengan memahami hukum kausalitas, asal usul karya sastra, dan mekanik pikiran literer. Maksudnya seorang kritikus tidak hanya cukup memahami atau menilai karya sastra dari pengarang tetapi juga dari aspek lain. Betapapun universal hermeutika dikembangkan Schleiermacher ini adalah universalitas yang dapat dimengerti. Pada kenyataannya, hermenutika memikirkan teks-teks yang otoritasnya tidak diperdebatkan, tidak diragukan. Namun, kepentingan yang menjadi alasan bagi abstraksi metodologis Schleiermacher bukanlah sejarawan tetapi teolog. Dia berusaha untuk mengajarkan bagaimana pidato dan sebuah tradisi tertulis dipahami karena teologi menaruh perhatian pada tradisi khusus biblikal. Karena alasan inilah teori hermeneutikanya masih merupan jalan panjang dari sebuah histografi yang bisa menjadi oragon metodologis bagi ilmu pengetahuan. Tujuannya adalah pemahaman yang tepat terhadap teks-teks khusus, yang dibantu oleh karakter universal dari konteks-konteks historis. Inilah pembatasannya Schleiermacher dan pandangan historis terhadap dunia harus melampauinnya.
2.      Penemuan Kembali Masalah Hermeneutik Fundamental.
Masalah penerapan hermeutika adalah masalah yang sepenuhnya dilupakan adalah metode ilmiah pasca-romantik, metode ini menempatkan tempat sistematikanya. Hermeutika dibagi kedalam cara cara berikut ini : Sebuah pembedaan dibuat antara substilitas intellegendi (pemahaman dan substilitas explicandi (penafsiran), pletisme menmbahkan unsur ke tiga substilitas applicandi (penerapan), sebagaimana menurut J.J Rambach tindakan pemahaman dianggap sebagai susunan dri tiga unsur. Bila dicatat bahwa ketiga unsur ini disebut substilitas, yakni mereka dianggap sebagai metode yang kita tolak sebagai sebuah talenta yang membutuhkan kecakapan akal khusus.
Dengan cara yang sama sejarah Hermeneutika mengajarkan kita bahwa slain Hermeneutika sastra, ada juga hermeneutika teologis dan hukum, ketiganya menyusun konsep hermeneutika penuh. Hanya karena muncul kesadaran historis pada adad ke-19, hermeneutika sastra dan kajian-kajian historis terlepas dari disiplin hermeneutika yang lain dan menegaskan dirinya sebagai mettodoligi bagi penelitian ilmu-ilmu kemanusiaan. Sedangkan tugas dari hermeneutika historis untuk mempertimbangkan ketegangan antara identitas objek umum dan perubahan situasi dimana ia harus dipahami. Sementara itu, penafsiran reproduktif yang diungkapkan musik dan drama dan mereka menemukan eksistensi realnya hanya ketika ketika mereka dipagelarkan, adalah tidak meungkin merupakn sebuah metode penafsiran independen. Tidak ada seorangpun yang bisa menamipilkan sebuah musik tanpa memahami makna orsinal teks dan memaparkan didalam reproduksi dan penafsiran. Tetapi dengan cara yang sama tidak ada seorangpun yang bisa melakukan penafsiran reproduktif tanpa memahami didalam terjemahan teks ke dalam panggung, unsur normatif yang lain yang membatasi tuntunan bagi sebuah reproduksi yang benar secara stilistik.
 
3.      Relevansi Hermeneutika Aristoleles
Disini kita temui janyung masalah tentang hermeneutika adalah bahwa tradisi yang sama selalu dipahami dengan cara yang berbeda, menurutnya masalahnya adalah hubungan antara yang universal dan partikular. Bahwa disini Aristoteles menekankan pada perkiraan peranan akal budi didalam tindakan moral, namun tidak terlepas dari yang ada dan menjadi tetepi ditentkan oleh penentu bagi keberadaannya. Dengan menempatkan batas-batas intelektualisme Socrates dan Plato.
            Kesimpulannya, jika kita mengaitkan gambara Aristoteles tentang fenomena etik dan khususnya keutamaan pengetahuan moral dengan penyelidikan kita sendiri, kita menemukan bahwa Aristoteles pada kenyataannya sejenis model masalah hermeutik. Kita yang menentukan bahwa aplikasi bukan bagian sebelumnya atau berkala dari fenomena pemahaman, tetapi sama-sama menentukananya secara keseluruhan dari awal. Disini aplikasi juga tidak menghubungkan beberapa universal yang ditetapkan sebelumnya dari situasi khusus. Penafsir yang membahas teks tradisional berusaha untuk aplikasi-aplikasi khusus. Agaknya penafsir berusaha tidak lebih untuk memahami hal yang universal ini, teks, yakni untuk memehami apa yang dikatakan oleh tradisi, apa yang membentuk makna teks , untuk memehami dia harus berusaha mengabaikan dirinya dan situasi hermeneutikanya sendiri yang khas.


DAFTAR PUSTAKA

Hans-Georg Gradamer.1975.Truth and Method. New York : The Seabury Press
Hans-Georg Gradamer.2004.Kebenaran dan Metode. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Menerima Kritik Dan Saran